Saturday, August 2, 2008

Tanjakan Setan kini

Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat, jam 7 pagi barulah kami beranjak dari Kandang Badak menuju puncak gunung Gede. Hanya 2 orang porter yang ditugaskan menemani selebihnya membereskan perlengkapan dan membersihkan sampah di Kandang Badak, karena misi kami merayakan ultah Smandel ke-50 sembari melakukan bersih gunung walaupun pelaksana kebersihan the Porter tetap.

Eroy si porter muda dengan rambut gondrong dikuncir melejit membawa angkatan muda, sementara aku memilih tidak jauh dari Jun Porter yang berusia 51 tahun.

Baru beberapa langkah Purwoko meyerahkan ranselnya kepada Jun Porter, tak sampai 100 langkah berikutnya akupun mengikuti naluri Purwoko, menyerahkan ransel yang berisi air 1 liter dan makanan ringan, lega rasanya tanpa beban. Lenggang kangkung sekarang.

Meski untuk naik gunung aku melakukan latihan aerobic selama tiga bulan, tetap saja nafasku ngos-ngosan karena naik gunung bukan padanan aerobic, sementara kuperhatikan Jun Porter naik gunung sambil merokok, ngehe!.

Lewat rante atau lewat kiri, demikian Jun Poter menawarkan. Yang dimaksud rante adalah tanjakan setan demikian kami menyebutnya saat di Puapala dulu, berupa tanjakan terjal hampir 80 derajat, sekarang sudah disediakan rantai baja untuk memudahkan pendakian, makanya Jun Poter menyebutnya rante.

Jun Porter menawarkan melalui jalan paralel disebelah kiri tanjakan setan, jalannya landai namun melingkar cocok untukku, sebut saja tanjakan malaikat karena tanjakan tersebut benar-benar bersahabat. Aku dan Jun Porter melewati jalur ini ketika kulihat Danu dan Dewi tengah berancang-ancang melewati tanjakan setan.
“Cepetan lewat sini apa lewat rante?”
“Cepetan lewat rante, tapi lewat sini nggak cape”, Jun Porter menjawab pertanyaanku.

Kutemui Ical, Dina, Singgih asyik beristirahat menanti Danu, Dewi yang baru saja melewati tanjakan setan masih dengan nafas yang tersengal-sengal.
“Lewat mana lo Men?”, Ical melempar pertanyaan.
“Lewat tanjakan malaikat”
“Emang ada jalan lain?, tahu gitu gue lewat situ”

Belakangan kutahu Konon dan Lohmen yang kelelahan melewati tanjakan setan menyebutnya tanjakan “ngehe”

Oleh tim SMANDEL PAS 50 tanjakan tersebut berubah menjadi tanjakan Setan Rante Ngehe biar sedikit lebih menyeramkan.

No comments: